Di Balik Viralnya Kisah Mbah Mari, Ada Kepedulian yang Tak Pernah Putus

kabartuban.com – Belakangan ini jagat media sosial diramaikan oleh potongan video yang menampilkan kehidupan keluarga Mbah Mari, warga Desa Jlodro, Kecamatan Kenduruan, Kabupaten Tuban. Dalam video tersebut, terlihat Mbah Mari merawat kedua cucunya lantaran sang ibu mengalami gangguan mental.

Tayangan singkat itu memantik rasa iba dan simpati publik. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa apa yang viral di media sosial hanyalah potongan kecil dari perjalanan panjang kehidupan keluarga ini.

Hidup dalam keterbatasan tak membuat Mbah Mari dan keluarganya patah semangat. Meski serba kekurangan, mereka masih bisa bertahan berkat kepedulian dari tetangga, pemerintah desa, kecamatan, hingga dinas terkait.

Kepala Desa Jlodro, Suroso, yang memimpin sejak 1999, menuturkan kisah getir yang dialami keluarga Mbah Mari. Dari empat anak yang dimiliki, kehidupan mereka terjalin dengan suka duka.

“Anak pertama sudah menikah tapi jarang pulang. Anak ketiga hidup di desa yang dekat dengan rumah mbah mari, tapi kondisinya juga sulit. Anak keempat meninggal akibat kecelakaan pada 2004,” ujarnya.

Kesedihan semakin mendalam ketika sang suami, Mbah Karwi, meninggal pada tahun yang sama. Sejak saat itu, beban ekonomi keluarga kian berat. Cobaan demi cobaan datang, termasuk anak kedua Mbah Mari yang mengalami gangguan kesehatan mental sejak lahir, lalu secara tak terduga memiliki anak tanpa pernikahan resmi. Bahkan salah satu cucu mereka meninggal ketika masih bayi.

Di tengah keterbatasan, uluran tangan terus mengalir. Tetangga kerap datang membantu dengan memberi beras, makanan, atau uang untuk kebutuhan harian. Pemerintah desa dan dinas sosial pun hadir melalui berbagai program, mulai dari BLT Dana Desa, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), bantuan disabilitas, hingga program rumah layak huni.

“Bahkan sampai sekarang kedua cucu mbah Mari yang masih TK yang setiap lewat depan rumah, saya kasih uang saku Rp20 ribu. Saya pribadi tidak pernah ingin mempublikasikan itu, karena saya anggap wajar kepala desa membantu warganya,” kata Suroso.

Selain itu, pemerintah kecamatan hingga kabupaten juga turun tangan. Pada 2024, program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) telah diberikan secara gratis agar kebutuhan dasar keluarga ini terpenuhi.

Sukarmiatun, anak ketiga Mbah Mari, membenarkan kondisi keluarganya. Ia mengaku tak bisa selalu menemani ibunya karena bekerja sebagai petani di sawah.

“Kakak saya memang sejak kecil sudah ada kelainan, makin parah setelah bapak meninggal. Dia pernah dirawat di RSJ Menur Surabaya, tapi hanya sebentar, lalu dikembalikan. Sampai sekarang tetap harus dijaga setiap hari,” tuturnya.

Ia juga menuturkan, kakaknya sempat melahirkan beberapa anak tanpa pernikahan resmi.

“Anak pertama diasuh orang lain di Surabaya, saya tidak tahu keberadaannya. Anak kedua meninggal saat berusia 12 hari. Anak ketiga kembar, sekarang masih kecil, Alhamdulillah dapat akta lahir dan bantuan dari dinas sosial,” katanya dengan suara bergetar.

Meski demikian, ia tetap bersyukur. “Saya kerja di sawah, jadi hanya bisa pulang seminggu sekali atau dua minggu sekali. Alhamdulillah ada bantuan dari desa dan tetangga yang peduli. Itu sangat berarti bagi kami,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

PLT Camat Kenduruan Cahyadi Wibowo menegaskan bahwa apa yang beredar di media sosial tidak sepenuhnya benar. Video yang viral hanya memperlihatkan satu sisi kecil, sementara berbagai upaya pemerintah sudah berjalan sejak lama.

“Yang disuguhkan di media sosial memang hanya potongan kecil sehingga menumbuhkan empati publik. Padahal pemerintah, mulai dari pusat hingga desa, sudah melakukan banyak langkah penanganan,” jelasnya.

Menurutnya, keluarga Mbah Mari sudah mendapat berbagai program, mulai dari BLT, BPNT, rumah layak huni, hingga bantuan kesehatan dan pendidikan, kelompok masyarakat, dan relawan juga rutin membantu.

“Lingkungan rumah memang terlihat kumuh karena keterbatasan pengetahuan merawat, tapi hak-hak dasar mereka sudah terjamin. Pemerintah desa, kecamatan, hingga kabupaten akan terus mendampingi,” tegasnya.

Kisah keluarga Mbah Mari adalah potret nyata perjuangan hidup di tengah keterbatasan. Meski penuh ujian, mereka tetap bisa bertahan karena adanya kepedulian lintas pihak.

“Apapun bentuk bantuannya, kecil atau besar, sudah sangat berarti bagi kami. Terima kasih kepada semua yang sudah peduli,” ungkap Sukarmiatun.

Cerita ini menjadi pengingat bahwa kemiskinan dan keterbatasan masih nyata di sekitar kita. Namun, dengan kepedulian bersama, harapan untuk hidup lebih layak tetap menyala bagi keluarga seperti Mbah Mari. (fah)

Populer Minggu Ini

Teror Dini Hari di Tuban: Dua Alfamart Disapu Perampok Bersenjata dalam Waktu Singkat

kabartuban.com – Minimarket 24 jam kembali menjadi target aksi...

Satlantas Polres Tuban Tindak 44 Motor Berknalpot Brong, Antisipasi Konvoi Malam Hari

kabartuban.com – Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Tuban menggelar...

Viral Isu PHK Massal, PT Gudang Garam Tuban Tegaskan Aman

kabartuban.com – Beredar pemberitaan di sejumlah media mengenai adanya...

Harga Bumbu Dapur di Pasar Tradisional Tuban Stabil, Pasokan Lokal Jadi Penopang

kabartuban.com – Di tengah maraknya aksi demonstrasi yang terjadi...

Kado untuk Guru Non PNS: Tunjangan Naik jadi 2 juta, 52 Ribu Honorer Resmi Jadi PPPK

kabartuban.com – Kementerian Agama (Kemenag) terus memperkuat perhatian pada...
spot_img

Artikel Terkait