Kalpataru Sunan Bonang Menangkan Lomba Deskripsi Museum

606

kabartuban.com – Benda bersejaah Kalpataru mampu mengantarkan Museum Kambang Putih untuk menyabet juara satu dalam lomba  deskripsi koleksi museum yang diadakan oleh dinas kebudayaan dan pariwisata dalam acara pameran museum bersama se-Jawa Timur pada september 2015 lalu di  maspion square Surabaya.

Kalpataru merupakan koleksi unggulan (masterpiece) Museum Kambang Putih, yang mempunyai kandungan atau makna yang lebih dalam dibandingkan koleksi yang lain, dan mempunyai aspek lebih tinggi.

“Kalpataru di sini merupakan karya anak bangsa atau leluhur kita,” terang Roni selaku penulis deskripsi saat ditemui di Museum Kambang Putih, Rabu (16/12/2015).

Roni menerangkan, kalpataru berfungsi sebagai tiang penyangga atau soko tunggal yang lebih dikenal dengan sebutan “Pendoporante”. “Kalau masuk di komplek Sunan Bonang, ada masjid, samping masjid sebelum masuk gapura ketiga, ada pendopo dua kecil, itu pendoporante, dan Kalpataru dulu ada di salah satu pendopo itu,” terangnya.

Menurutnya, dulu Kalpataru memang sebagai tiang penyangga, namun karena pertimbangan kelestarian dan keselamatannya dipindah di Museum. Kalpataru sempat dianggap benda keramat oleh beberapa peziarah, sehingga dulu peziarah melakukan berbagai hal yang sifatnya fandalisme atau merusak.

“Sebenarnya peziarah tidak niat merusak, tapi diambili untuk jimat. Sehingga dampaknya akan merusak benda itu sendiri, mangkanya kita simpan di Museum,” katanya.

Selain sebagai tiang penyangga, juga terdapat banyak ukiran yang ada di Kalpataru tersebut. Kayu bercabang empat diukir dengan berbagai motif tumbuhan (floral design), fauna, serta bangunan suci dari empat agama yaitu, islam, hindu, budha dan konghucu. Hal tersebut yang sulit ditemui di tempat lain.

Berdasarkan tes carbon-14 guna menentukan kronologi atau umur pasti dengan teknik perhitungan waktu radiocarbon oleh beta analytic Radiocarbon Dating Laboratory di Miami, florida, USA, pada tanggal 8 agustus 2014 menunjukkan bahwa Kalpataru tersebut dibuat pada era tahun 1445 sampai 1525.

“kalau untuk memastiakan benda ada dua cara, kalau benda tersebut sudah ada angka tahunnya, jadi sudah jelas periodenya itu kapan, sedangkan Kalpataru belum ada angka tahunnya sehingga dilakukan tes karbon tersebut,” tambah Roni.

Dari hasil tes karbon angka yang tertera 1445 sampai 1525 itu artinya Kalpataru dibuat pada era Sunan Bonang ketika masih hidup, pasalnya Sunan Bonang adalah tokoh sentral saat itu dan ukiran yang ada pada Kalpataru tersebut tidak lepas dari makna ajaran Sunan Bonang.

Selain itu dalam ukiran Kalpataru ada perwujudan manusia, atau megalitik yang merupakan simbol kepercayaan lama sebelum datangnya agama-agama lain dan Nusantara. Dengan ritual pemujaan leluhur yang sering kita dengar dengan animisme dan dinamisme. Sunan Bonang sedemikian harmonis dan damainya dengan menampilkan seluruh elemen dari seluruh masyarakat dari sisi keagamaan, kepercayaan apapun semua dirangkul, terbukti dengan autentiknya dalam ukiran Kalpataru. (har/riz)

/