kabartuban.com – Aroma ketegangan kembali terasa di jantung Kota Tuban. Puluhan pedagang kaki lima (PKL) nekat membuka lapak di kawasan Alun-alun meski sudah berulang kali dilarang oleh pemerintah daerah. Aksi itu menjadi bentuk protes atas ketidakjelasan nasib mereka pasca relokasi.
Sabtu sore (18/10/2025), suasana di Jalan Sunan Bonang mendadak ramai. Satu per satu pedagang mendorong gerobaknya dari arah Jalan RM Suryo dan RA Kartini, lalu kembali menempati trotoar di depan Masjid Agung Tuban. Mereka menuntut kejelasan dari pemerintah daerah yang dianggap tak kunjung memberikan solusi layak.
Namun, langkah para pedagang terhenti ketika petugas Satpol PP menutup akses jalan menggunakan barikade dan truk pengangkut. Ketegangan pun tak terelakkan. Di tengah adu argumen, beberapa PKL bahkan nekat merobohkan blokade beton seberat ratusan kilogram untuk membuka jalan.
Ketua Paguyuban PKL Barokah Boom, Sujud Wahyudi, mengungkapkan bahwa para pedagang bukan menolak relokasi, tetapi menuntut penataan yang jelas sebelum dipindahkan.
“Bupati itu seperti orang beli kambing tapi belum punya kandang. Tempatnya belum siap, tapi kami sudah disuruh pindah,” kata Sujud dengan nada kecewa.
Ia juga menyayangkan sikap Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky, yang dinilai enggan menemui langsung perwakilan pedagang.
“Kalau memang gentle, temui kami. Jangan hanya janji manis,” tegasnya.
Disisi lain, Bupati Halindra menegaskan bahwa larangan berjualan di kawasan Alun-alun akan tetap diberlakukan. Ia meminta para pedagang menghormati kepentingan bersama.
“Kita ingin Alun-alun tetap menjadi ruang publik yang nyaman dan tertib untuk semua warga, Tuban itu bukan bukan milik satu dua orang saja,” ujar Lindra usai rapat paripurna APBD 2026, Jumat (17/10/25).
Kebijakan relokasi ini, di kabupaten Tuban sendiri terdapat aturan yang melarang aktivitas berdagang di sekitar Alun-alun Kota. Para PKL yang sebelumnya menempati area depan Masjid Agung kini diarahkan ke kawasan Jalan Yos Sudarso, tepat di depan Pantai Boom Tuban.
Namun, lokasi baru itu dinilai kurang strategis. Banyak pedagang mengeluh sepi pembeli dan menilai pemerintah kurang memikirkan keberlangsungan ekonomi mereka.
Di balik gemerlap wajah baru Alun-alun Tuban, tersisa kisah getir para pedagang kecil yang masih berjuang antara patuh pada aturan atau sekadar memenuhi kebutuhan perut. (fah)