kabartuban.com – Komis C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tuban meminta kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tuban untuk lebih serius dalam menangani penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang saat ini mulai menyerang masyarakat Tuban. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Sekretaris Komisi C DPRD Tuban, Hj Mutafarida, menyusul adanya korban DBD yang menimpa RH (13) Warga Kecamatan Senori, Tuban hingga meninggal dunia. Kepada rekan media, Mutafarida mengatakan, Dinkes harus pro aktif menangani masalah penyakit DBD, khususnya yang menyerang anak-anak. Bila perlu pihak Puskesmas hendaknya terus melakukan koordinasi dengan bidan Desa, agar DBD dapat dideteksi secara dini. “Seharusnya dinkes juga perlu membuat pemetaan, wilayah mana yang berpotensi terserang DBD, dan wilayah mana yang aman dari penyakit mematikan tersebut,” kata kader Muslimat NU tersebut. Menurutnya, untuk mencegah korban susulan, Dinkes harus segera melakukan fogging. Terlebih, pada daerah yang rawan terjangkit DBD. Sosialisasi dengan melakukan 3M serta pemberian abate pada masyarakat. Dari situ resiko perkembangan jentik nyamuk akan terhambat, sehingga dapat meminimalisir terjadinya penyakit DBD dan tidak menimbulkan korban jiwa. “Puskesmas sebaiknya juga perlu aktif, dengan menggandeng muslimat, fatayat atau ormas lainnya. Kemudian, melakukan secara bersama-sama dalam menanggulangi terjangkitnya DBD,” harapnya. Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban, dr. Saiful Hadi mengungkapkan, saat ini Dinkes sudah memerintahkan setiap puskesmas agar terus melakukan sosialisasi kepada warga tentang timbulnya penyakit DBD. Bahkan, saat ini wilayah yang dianggap rawan sudah dilakukan fogging. Selain itu, memberikan abate kepada warga terutama yang berpotensi terjangkitnya DBD. “Daerah yang paling rawan terserang DBD biasanya yang jumlah penduduknya padat. Tapi jangan terlena dengan hal itu, karena ketika berbicara kerawanan, hampir setiap Kecamatan di Tuban rawan terserang DBD. Ya karena cuacanya tidak menentu,” terangnya. Saiful menambahkan, mulai per 1 hingga 27 Januari 2016, korban DB sudah mencapai 24 orang. Dimana korban mayoritas anak-anak, sebab usia segitu kurang memperhatikan pola makan. Sedangkan korban meninggal hanya satu orang. (su/im)