kabartuban.com — Tidak seperti tahun-tahun lalu, Pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SMA Sederajat di Kabupaten Tuban tahun 2013 ini cukup sukses. Ini ditandai setelah diumumkanya serempak hasil ujian nasional (UN) jum,at pagi (24/5/2013) sekitar pukul 10.00 Wib hingga 15.00 wib sore tadi, yang menyatakan semua siswa-siswi perserta UN di Tuban lulus 100 %, serta kerberhasilan Tuban dalam menempatkan siswanya sebagai peraih nilai ujian nasional (UN) tertinggi se-Jawa Timur.
Kepala seksi kurikulum SMP, SMA/ SMK Dinas Pendidikan dan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tuban, Dra. Heny Indriana MM, Jumat pagi (24/5/2013), saat ditemui wartawan media ini dikantornyamengatakan, ada 1 siswa yang meraih nilai UN tertinggi se- Jawa Timur Katagori SMK.
Iya benar mas, peraih nilai UN tertinggi itu berasal dari SMKN 1 Tuban.dengan Nilai rata-rata kumulatif tertinggi mas, Peraih nilai UN tertinggi kategori SMK ini adalah Achmad Safii dari Siswa SMKN 1 Tuban dengan nilai 38,70 atau rata-rata 9,6, katanya.
Senada disampaikan Kepala Sekolah SMKN 1 Tuban, Drs. Basuki M.Pd, bahwa nilai rata-rata kumulatif siswanya menempati peringkat pertama se-Jatim yakni Achmad Safii dari jurusaan teknik computer jaringan, selain itu peringkat terbaik UN SMK tingkat kabupatebn Tuban.
“Terbaik kesatu sampai kesembilan, alhamdulilah mas, diraih siswa dari SMK N 1 Tuban juga. Tentu ini prestasi yang membanggakan sebab prestasi ini diperoleh siswa-siswi kami benar-benar dengan kejujuran.
Lanjutnya, juga karena tiap tahun yang diumumkan, SMKN 1 Tuban hanya mendapat peringkat 10 terbaik profinsi, bahkan pernah diluar sepuluh, tetapi tahun ini bisa menempati yang pertama.
Ia menambahkan, “ bahwa keberhasilan mengantarkan sekolahnya ini adalah buah dari semangat kerja keras siswa dalam belajar, kejujuran, motivasi dan do,a para guru-guru pembimbingnnya serta kualitas guru yang tidak diragukan, ungkapnya..
Dengan demikian, lanjut Basuki, pada pelaksanaan ujian nasional tahun ini siswa-siswi lebih matang dalam mempersiapkan diri sehingga bisa 100 % lulus. “Bukan berarti mereka belajar hanya karena takut dengan 20 macam model soal yang berbeda atau untuk mengejar reward, tetapi mereka belajar benar-benar untuk dirinya agar lebih berprestasi,” tegasnya. (rud)