kabartuban.com – Di balik insiden kebakaran di kawasan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, tersimpan kisah dari warga sekitar. Sejumlah masyarakat yang tinggal di wilayah ring satu mengaku mengalami gangguan kesehatan. Sebagian besar warga mengalami diare setelah kejadian tersebut.
Salah satu warga Desa Tasikharjo, Sutrisno, mengungkapkan kekecewaannya terhadap pihak perusahaan. Ia berharap TPPI memberikan kompensasi atas dampak yang dirasakan masyarakat.
“Meski pihak perusahaan bilang asapnya tidak berbahaya, tapi baunya sangat menyengat,” ujarnya.
Menurut Sutrisno, banyak warga yang mengalami diare setelah kebakaran. Ia menduga hal itu disebabkan oleh paparan asap dari insiden kebakaran di kawasan kilang tersebut. Tak hanya kesehatan, aktivitas warga juga terganggu. Saat kejadian, Sutrisno yang sedang menggelar hajatan sehingga penyajian makanan mengalami terlambat karena yang memsak menyelamatkan diri lantaran kawasan permukiman diselimuti asap tebal.
“Kerugian kami bukan hanya materi, tapi juga kesehatan. Hampir satu dukuhan di Tasikharjo kena dampaknya,” tambahnya.
Kepala Desa Tasikharjo, Damuri, membenarkan banyak warganya mengalami diare setelah insiden kebakaran, bahkan ada yang sempat pingsan.
“Sebagian besar warga memang terkena diare,” ungkapnya usai audiensi di Balai Desa Tasikharjo.
Damuri juga menyoroti lemahnya sistem keselamatan di sekitar perusahaan yang telah berdiri tahun 1995 itu. Ia menilai hingga kini belum ada sistem peringatan dini seperti alarm atau sirene bahaya di desa-desa sekitar kilang.
“Seharusnya di tiap desa ada sirene, agar kalau ada insiden sekecil apa pun, warga bisa segera tahu. Tapi sejak dulu baru akan di pasang alarem atau sirene dan hingga kini hasilnya baru akan (hanya dijanjikan, sampai sekarang belum terealisasi red),” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, CSR and Comrel PT TPPI, Tinoto, mengatakan pihaknya baru menerima laporan terkait warga yang mengalami diare.
“Kemarin teman-teman atau tim kami sudah turun ke lapangan untuk melihat kondisi masyarakat. Nanti kami lihat hasil investigasinya seperti apa,” terangnya.
Terkait sistem peringatan dini, Tinoto menyebut perusahaan telah melakukan kegiatan tanggap bencana terakhir pada tahun 2024 bersama Tagana dan BPBD. Dari hasil evaluasi, TPPI berencana menambah fasilitas peringatan seperti sirene di desa sekitar.
“Kalau hanya mengandalkan informasi lewat WhatsApp, sering terkendala. Karena itu, kami berupaya memasang sirene agar informasi bisa cepat diterima masyarakat,” pungkasnya. (fah)