Kemarau Basah, Petani Garam Banyak Yang Alih Profesi

465

kabartuban.com – Peralihan musim hujan ke musim kemarau yang cukup lambat membuat para petani garam di Desa Pliwetan, Kecamatn Palang, Kabupaten Tuban, belum dapat memproduksi garam. Pasalnya, para petani tersebut masih melakukan proses awal untuk penyiapan lahan garam lantaran hujan sesekali masih mengguyur di wilayah mereka.

“Karena cuacanya belum bagus banyak yang menjadi buruh tani atau ikut melaut sambil menunggu cuaca bagus,” terang Lastopo (50) salah satu petani garam asal Desa Kradenan, Palang, Tuban kepada kabartuban.com, Sabtu (06/8/2016).

Menurutnya, cuaca saat ini menjadi penyebab petani garam tidak dapat memproduksi kristal putih tersebut. Bahkan banyak dari mereka yang sampai beralih profesi. Sementara mereka yang tidak memiliki pekerjaan lain hanya bisa pasrah menunggu cuaca baik untuk memproduksi
garam kembali.

“Mestinya jika peralihan cuaca ini normal sudah bisa panen garam, tetapi sekarang ini sekalipun belum panen, padahal sudah masuk bulan Agustus,” ungkapnya.

Menurutnya,  tahun ini memang merupakan musim kemarau basah, sehingga sesekali hujan masih mengguyur, meski dengan intensitas cukup rendah, guyuran hujan dilahan garam menjadi pengaruh sangat besar bagi proses penguapan air laut yang menjadi kristal garam.

“Kemaren saja masih hujan, mestinya sejak bulan lima sudah ada garam yang bisa dipanen,”kata Lastopo, yang saat itu tengah sibuk meratakan lahan garam dengan alat silinder.

Lastopo menambahkan, untuk harga garam saat ini sebenarnya cukup bagus yakni Rp300 per kilo, sayangnya panenan garam justru tidak ada saat harga membaik seperti sekarang ini.

“Sekarang 300 rupiah per kilo, tapi nanti pas panen paling tinggi 250 rupiah per kilogram,” tandas Lastopo.

Dikatakan oleh Lastopo. Tahun ini garam tidak sebagus musim lalu, biasanya dua hektar lahan garam garapan mampu menghasilkan 30 ton garam, sekarang setengahnya tidak sampai. (lk/har)

/