Modal Kreatif, Pemuda Guwoterus Bikin Miniatur Bernilai Ekonomis dari Bambu

1536
Para pemuda di Desa Gowoterus saat membuat karya seni bernilai tinggi dari bahan baku bambu ori.

kabartuban.com- Berawal dari iseng dan coba-coba setelah melihat bahan baku yang melimpah didesanya, sekelompok masyarakat didesa Guwoterus, Kecamatan Montong, Tuban, berhasil memanfaatkan melimpahnya Bambu jenis Ori, menjadi bahan bernilai ekonomis tinggi, berupa miniatur bangunan rumah ibadah, rumah adat maupun miniatur bangunan lainya sesuai permintaan pemesan .

Adalah Kholik Yuliamin (33) dan beberapa pemuda desa Guwoterus lainya yang tergabung dalam kelompok Miniori. Setiap hari dirumah Yuliamin yang berada di sisi jalan poros kecamatan Montong-Singgahan di desa setempat, nampak beberapa orang tengah sibuk dengan potongan bambu, yang akan dirangkai menjadi miniatur seni bernilai tinggi.

Yuliamin menuturkan, ide membuat miniatur ini berawal dari ketidak sengajaan dirinya, saat akan membangun sebuah mushola berbahan bambu di kawasan wisata goa putri asih atas permintaan pengelola wisata, saat itu muncul ide untuk membuat mushola berbentuk mini dengan bahan bambu.

“Saya ini bukan tukang, tapi diminta tolong buat bangunan mushola, iseng-iseng saya malah membuat mushola berukuran mini dengan detil mirip mushola sungguhan,” kata Yuliamin.

Menurut Yuliamin, untuk membuat satu miniatur bangunan masjid atau mushola dibutuhkan waktu paling tidak setengah bulan, waktu ini untuk proses pemilihan bahan, berupa bambu, pemotongan, perakitan hingga finishing menjadi satu unit bangunan miniatur.

“Karenan kita bikinya detil mas jadi agak lama, tidak sekedar tampak luar saja, ya pintu, jendela semuanya dibuat detil, bisa dibikin bisa tutup seperti aslinya,” terang pemuda asli Guwoterus ini.

Untuk mendapatkan bahan lanjut Yuliamin, dirinya tidak perlu mengeluarkan banyak biaya, melimpahnya pohon bambu yang tumbuh disepanpanjang aliran sungai didesanya, membuat industri rumahan ini tidak sulit mendapatkan pasokan bahan bakunya.

Bermodal ketekunan dan kreatifitas serta niat kuat, membuat miniatur bisa menjadi usaha tambahan yang bernilai ekonomis cukup tinggi.

“Bahanya banyak tumbuh disepanjang aliran suangai didesa kami, yang dibutuhkan kreatifitas dan niat saja mas, ” kat ketua kelompok ini.

Yuliamin sendiri mengaku, tidak belajar secaraa khusus untuk membuat miniatur rumah dan banguna tersebut. Termasuk menbuat berbagai akseoris seperti gantungan kunci, tempat dudukan hand phone hingga miniatur mobil kuno yang juga diproduksi kelompoknya, semua dipelajari secara otodidak.

“Tidak ada belajar khusus, semua diipelajari secara otodidak, semua anggota kami belajar bareng tanpa sekolah khusus,” lanjutnya.

Untuk harga satu kerajinan, seperti masjid atau rumah Gadang misalnya dihargai antara Rp750.000 sampai dengan Rp1.000.000. Besar kecil ukuran dan detil miniatur bangunan akan mempengaruhi harga kerajinan ini. Sedangka, untuk sovenir atau tatakan HP, hiasan meja dan tempat pulpen atau jam meja, harganya dibandrol mulai Rp75.000 hingga Rp110.000 per unitnya.

“Kalau masjid seperti ini kisaran satu juta,” kata Yuliamin menunjukan salah satu karyanya.

Sampai saat ini pemasaran baru sebatas daerah Tuban dan wilayah Bojonegoro saja, maklum usaha ini belum setahun dilakoni warga kreatif di Desa Guwoterus. Namun untuk pemasaran melalui jaringgan teman atau kerabat, produk ini sudah dijual juga di Surabaya.

“Kalau pasar baru Tuban dan Bojonegoro aja, ada di Surabaya tapi melalui jaringan teman yang adaisana, kita berharap ada perhatian dari dinas terkait, agar ini bisa terus dikembangkan, sekarang da 10 orang yang bikin. Kalau usaha ini jalan bukan tidak mungkin ini bisa dilakukan semua warga desa agar bisa jadi desa wisata disini,” harap Yuliamin. (Luk)

/