kabartuban.com – Seorang warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas IIB Tuban bernama Yulia, narapidana kasus narkotika asal Tuban, meninggal dunia pada Senin (13/5/2025) sore setelah mengalami penurunan kondisi kesehatan secara mendadak.
Kepala Lapas Kelas IIB Tuban, Irwanto Dwi, menjelaskan bahwa gejala awal mulai muncul sejak Minggu malam, ketika Yulia menunjukkan perilaku tidak biasa, seperti gelisah dan tampak seperti kesurupan. Setelah beberapa saat, kondisi Yulia sudah tenang.
“Keesokan paginya, Yulia masih menjalani aktivitas seperti biasa, termasuk mengikuti upacara pengibaran bendera dan program pembinaan kebangsaan,” terangnya.
Namun, pada siang harinya, ia mengeluhkan mual, muntah, serta menggigil kepada petugas blok. Petugas kemudian melaporkan kondisinya kepada komando jaga dan berkoordinasi dengan tim medis klinik lapas. Yulia sempat dirawat selama satu jam dan diberi obat.
“Kami observasi selama satu jam di klinik, diberikan obat, dan agak meredah, dan kembali lagi ke blok, setelah kembali ke blok, WBP ini ternyata tidak menimbulkan kondisi yang baik. Jadi makin memburuk, dan akhirnya kejang-kejang,” lanjutnya memberi keterangan.
Melihat kondisi tersebut, tim medis lapas segera merujuknya ke RSUD Tuban. Di rumah sakit, Yulia kembali mengalami kejang dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 18.05 WIB.
Irwanto menyebut bahwa Yulia tidak memiliki riwayat penyakit kronis dalam catatan medis terkini, meskipun beberapa tahun lalu ia sempat mengalami gangguan kejang.
“Kami telah membentuk tim investigasi internal untuk menelusuri penyebab pasti kematian yang mendadak ini. Proses pendalaman masih berlangsung,” ujar Irwanto.
Dari hasil keterangan teman satu kamar, Yulia sebelumya sempat mengonsumsi minuman kemasan Fruitea sebelum jatuh sakit.
“Apakah dari minuman Frutea itu sudah expired atau seperti apa, atau ada campuran seperti apa, kami masih mendalami,” tambahnya.
Sebagai langkah preventif, Lapas Tuban akan meningkatkan pengawasan di blok hunian, memperkuat patroli rutin, serta memperketat pemeriksaan terhadap barang-barang yang dibawa pengunjung.
“Kami sangat kehilangan. Almarhumah dikenal aktif mengikuti kegiatan pembinaan dan memiliki hubungan baik dengan sesama warga binaan,” ungkapnya.
Terpisah, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. R. Koesma Tuban dr. Mohammad Masyhudi menyebutkan bahwa korban sudah keracunan dari Lapas, petugas medis telah berusaha semaksimal mungkin namun nyawa korban tak tertolong.
“Kondisi korban sudah keracunan dari Lapas mas, kondisi sudah jelek sekali GCS 111 (Glasgow Coma Scale) tidak sadar dan kondisi sudah lemah, kita sudah berusaha semaksimal mungkin namun nyawa tak tertolong,” ungkap Masyhudi.
Saat ditanya penyebab keracunan, Masyhudi tidak mengetahuinya.
“Kita ndak tahu mas, tanya ke Lapas, kita hanya berusaha semaksimal membantu menyelamatkan namun ndak berhasil,” pungkasnya. (fah)