Kabartuban.com – Praktisi dan Pakar Teknologi Informasi Indonesia Onno W Purba membuka secara blak-blakan teknologi BTS GSM celular Indonesia kepada peserta seminar/workshop di Festival Teknologi informasi untuk Rakyat (29/04) di Aula STT Telkom Bandung. Onno memastika bahwa teknologi central telepon celular tersebut, bila diterapkan di Indonesia bukan yang khayal lagi kalau Indonesia bisa memiliki tarip harga telepon paling murah di Dunia.
Menurut Onno, biaya untuk membuat 1 BTS dengan menggunakan teknologinya hanya memerlukan biaya 150 Juta rupiah. Hal ini sangat jauh, lanjut Onno, BTS yang dibangun provider selular Indonesia yang biayanya masih mencapai 3 milyar. Onno mencontohkan bila pengguna celular dari segmen mahasiswa di sebuah daerah, misalnya saja ada 20 ribu mahasiswa yang rata-rata menyediakan anggaran 20 ribu rupiah untuk beli pulsa, maka 1 bulan saja akan menghasilkan omzet 500 juta. “Dari contoh tersebut keuntungannya bisa digunakan membangun 2 BTS lagi atau dengan kata lain keuntungan yang berlipat tersebut bisa digunakan untuk membangun infrastruktur BTS secara massif di Indonesia,” ungkap Onno.
Onno juga memastikan tak sampai dalam jangka waktu 2 tahun seluruh desa yang ada di Indonesia akan berdering dengan teknologi BTS murahnya. Menurut Onno, teknologi tersebut bisa murah karena tidak banyak menggunakan perangkat keras, namun hanya memerlukan rekayasa koding sofware berbasis open source. “Kehandalan dan keawetan teknologinya tak kalah dengan teknologi celular yang telah ada.
Onno pun tak segan membuka kode program BTSnya ke pada peserta seminar yang diikuti oleh relawan teknologi informasi untuk rakyat se Indonesia. Ono pun mempersilahkan peserta untuk melakukan searching network kembali pada Hpnya masing-masing dan menggunakan jaringan BTS yang telah dipersiapkannya tersedia dalam ruangan seminar. “Saya telah mengajari anda semua rahasia tentang bagaimana membuat BTS murah dan saya berharap dari para peserta workshop ini dapat mengembangkannya dan tidak sungkan untuk menghubungi saya bila ada kesulitan,” ujar Onno.
Namun Onno menyayangkan kemahiran dan keahlian anak bangsa dalam teknologi informasi dan telekomunikasi tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah Indonesia. Onno mengatakan kreativitas ini terbentur dengan UU penggunaan frekwensi di Indonesia. Namun Onno menyarankan bagi peserta yang mau mencoba tekniknya dapat menyiasasi agar tidak memancarkan BTSnya secara 24 jam. “Boleh lah uji coba dan praktik namun dengan sistem nyala mati sinyal, biar tidak terjerat hukum yang ancamannya 6 tahun penjara,” ungkap Onno.
Ono berharap suatu saat nanti pemerintah bisa berubah pikiran untuk mengembangkan teknologi yang telah ditemukan anak bangsa ini. Menurut Onno, riset yang dilakukannya bersama anak-anak bangsa Indonesia yang cerdas dilatarbelakangi dengan keprihatinan teknologi telekomunikasi kita terjajah oleh negara-negara asing. “Keuntungan dari sektor ini pun dikeruk oleh mereka,” tegas Onno. (ahmad zainul ihsan arif)