Ternyata ini ayam yang banyak digunakan untuk ayam bakar dan kuliner ayam kampung lainnya. Daging ayam pejantan yang hampir sama persis dengan ayam kampung ini menjadi trend baru industri daging ayam.
kabartuban.com – Usaha peternakan ayam cukup diminati sebagian masyarakat Tuban. Tidak hanya ayam broiler atau ayam potong dan ayam petelur, namun sekarang berkembang peternakan beberapa jenis ayam. Mulai ayam kampung yang diproduksi masal, ayam joper (jowo super), hingga ayam pejantan yang banyak digunakan untuk ayam panggang sebagai pengganti ayam kampung.
Kendati secara umum Kabupaten Tuban bukan sentra produksi ayam, namun banyak kalangan masyarakat yang menekuni usaha ternak tersebut. Salah satunya adalah seorang pemuda di Desa Keradenan Kecamatan Palang, Kuma menekuni usaha peternakan ayam pejantan sejak satu tahun yang lalu.
Kepada kabartuban.com kuma mengatakan, “Ayam yang disebut dengan ayam pejantan ini sebenarnya adalah pejantannya ayam petelur. Namun sekarang banyak dibudi daya sendiri untuk ayam pedaging, sebagai pengganti ayam kampung,” terang Kuma saat ditemui di area peternakannya, Minggu (8/11/2015).
Menurutnya, ayam pejantan ini perawatannya lebih mudah daripada ayam potong, dan untuk mencapai masa panen hanya butuh waktu 50 s.d 60 hari. “Ayam ini nggak seperti ayam potong, walaupun warnanya putih kayak ayam potong tapi dagingnya seperti ayam kampung. Merawatnya juga jauh lebih mudah daripada ayam potong,” tutur Kuma.
Sebagai peternak yang tergolong masih pemula, Kuma terus belajar untuk merawat ayam – ayamnya dengan baik. “Kita terus belajar mas, bahkan dulu pertama kali ternak, ayam saya mati hampir separuh lebih, dan otomatis rugi. Tapi saya sudah niat, dan terus saya tekuni. Alhamdulillah ada hasilnya,” ungkap Kuma.
Selain itu, Kuma juga menceritakan bahwa pada awalnya, dia tertarik untuk ternak ayam joper (jowo super), namun ada orang yang menyarankan ayam pejantan tersebut dan hasilnya lumayan.
Saat ini, Kuma baru memiliki 3 kandang ayam dengan kapasitas masing – masing kandang 1.000 ekor ayam. Untuk DOC atau bibit ayamnya, Kuma beli dengan harga 2000 rupiah per ekornya, dan pada masa panen, ayam dibeli oleh tengkulak dengan harga Rp. 25 ribu s.d Rp. 27 ribu rupiah perkilo, tergantung harga yang sedang berlaku di pasaran.
Kuma mengaku, dirinya akan terus mengembangkan usaha peternakan ayamnya ini. Apalagi dirinya sudah memiliki pasar yang jelas. “Kalau yang beli ayam ini insya Allah pasti ada, jadi nggak perlu kuwatir. Mulai bakul kecil sampai bakul besar banyak. Kalau usaha ayam ini, tinggal fokus merawat ayam dengan baik sampai kwalitasnya benar – benar bagus dan timbangannya juga bagus,” pungkas Kuma.
Dalam sekali panen, Kuma bisa mendapatkan puluhan juta rupiah, dan sebagai peternak pemula tentunya hal itu sudah sangat membanggakan. Dengan berkembangnya wisata kuliner, depot dan rumah makan, tentu saja usaha peternakan ayam ini masih sangat layak untuk dilirik dan dikembangkan. (im)