kabartuban.com – Akibat intensitas hujan tinggi dengan disertai angin kencang, ratusan hektare padi milik beberapa warga kabupaten Tuban alami gagal panen lantaran terdapat lahan yang terendam banjir dan banyak batang padi yang roboh diterpa angin. Hal ini menyebabkan berkurangnya produktivitas hasil panen pada musim kali ini.
Sarkam, petani asal Kecamatan Merakurak, mengaku pasrah karena lahan padinya yang tinggal dua minggu lagi siap panen kini terendam banjir. Ia berusaha menyelamatkan hasil tanamnya dengan mengeringkan padi yang masih bisa diselamatkan.
“Habis semua, Mas. Saya coba selamatkan sebisanya meskipun kurang dua minggu lagi panen,” ujar Sarkam sambil mengangkat padi dari sawah yang tergenang.
Hal serupa dialami Budi, petani dari Kecamatan Plumpang, yang harus menerima kenyataan pahit saat sawahnya terendam. Curah hujan tinggi serta naiknya muka air Bengawan Solo menyebabkan air dari sungai tak bisa mengalir, sehingga membanjiri lahan pertaniannya.
Sementara itu, Janto, petani di Kecamatan Kerek, juga mengalami musibah serupa. Hujan deras yang disertai angin kencang membuat tanaman padinya roboh.
“Hampir semua roboh, Mas. Kalau tidak ditegakkan lagi, nanti tidak bisa dipanen pakai mesin combi,” keluhnya.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP2P) Tuban, Eko Julianto, mengungkapkan bahwa proyeksi panen di Kabupaten Tuban pada Maret 2025 mencapai 22.976 hektare. Namun, sebanyak 500 hektare sawah di Kecamatan Rengel mengalami gagal tanam akibat banjir.
“Di Rengel, ada 500 hektare yang puso karena banjir,” ujar Eko pada Jumat (21/3/2025).
Secara keseluruhan, terdapat 670 hektare lahan pertanian di Tuban yang terdampak bencana. Dari jumlah tersebut, 500 hektare di Kecamatan Rengel mengalami puso, sementara lahan gagal panen akibat banjir meliputi 98 hektare di Merakurak, 25 hektare di Plumpang, dan 7 hektare di Palang. Adapun sawah di Kecamatan Kerek yang roboh masih memungkinkan untuk dipanen.
“Kalau di Kerek masih bisa dipanen,” tambahnya.
Eko mengimbau para petani untuk terus berkoordinasi dengan penyuluh pertanian di wilayah masing-masing serta memantau perkembangan cuaca melalui BMKG guna mengantisipasi dampak buruk akibat cuaca ekstrem. (fah)