kabartuban.com – Sepanjang tahun 2024, Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) mencatat sebanyak 370 kejadian bencana yang terjadi dalam periode mulai 1 Januari – 16 Desember 2024.
Dalam kurun waktu 1 November – 17 Desember 2024, Jawa Timur setidaknya telah terjadi 62 bencana akibat cuaca hidrometeorologi basah yang tengah berlangsung, mulai dari bencana kategori sedang hingga berat. Hal ini diungkapkan langsung oleh Pj. Gubernur Jatim, Adhy Karyono.
“Bencana ini berdampak pada 26 Kabupaten/Kota, 88 Kecamatan dan 197 Desa. Akibatnya, 3 orang meninggal dunia, 1 odang mengalami luka berat, 6 orang mengalami luka ringan, serta beberapa infrastruktur mengalami kerusakan,” paparnya dalam keterangan pers, dikutip dari VIVA Jatim, Minggu (22/12/2024).
Dengan ini Adhy mengingatkan pentingnya bagi masyarakat untuk mengetahui informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) agar dapat mengantisipasi resiko banjir dan bencana lain yang bisa terjadi, khususnya di wilayah Jawa Timur.
“Dengan data dan informasi yang lebih detail dan terarah dari BMKG, kita bisa menentukan sektor mana saja yang perlu diperkuat untuk kesiapan dan mitigasi. Dengan begitu, penanganannya bisa lebih efisien,” katanya.
Sementara Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati memaparkan karakteristik musim hujan yang terjadi tahun ini rupanya berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun yang lalu. Menurut data dari satelit, suhu permukaan air laut di sekitar kepulauan Indonesia menunjukkan peningkatan hingga 2°C.
“Kenaikan suhu ini sangat mengkhawatirkan. Dampaknya adalah peningkatan intensitas pembentukan awan hujan yang kita sebut sebagai anomali iklim global atau La Nina, meskipun saat ini levelnya masih lemah,” terangnya.
Lebih lanjut, anomali tersebut menyebabkan curah hujan mengalami peningkatan, sirkulasi siklonik pun terbentuk, dan mulai muncul bibit-bibit siklon yang menyebabkan angin kencang disertai hujan lebat di berbagai wilayah yang ada di Indonesia.
Maka dari itu, untuk meminimalkan dampak cuaca ekstrem, Dwikorita menekankan kesiapsiagaan dan. Masyarakat juga diharapkan dapat memanfaatkan teknologi BMKG untuk mengetahui prakiraan cuaca terkini. Harapannya, langkah-langkah tersebut dapat meminimalisir korban jiwa dan mengurangi kerugian material yang mungkin terjadi akibat bencana cuaca ekstrem. (za)