kabartuban.com – Menjelang akhir tahun 2022 sinyal resesi global 2023 kian terasa kuat. Presiden Bank Dunia, David Malpass dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva memperingatkan tentang meningkatnya risiko resesi global dan mengatakan inflasi tetap menjadi masalah yang berkelanjutan setelah adanya serangan Rusia ke Ukraina.
“Ada risiko dan bahaya nyata dari resesi dunia tahun depan,” jelas Malpass.
Georgieve mengatakan bahwa pemberi pinjaman global akan menurunkan perkiraannya untuk pertumbuhan global sebesar 2,9% pada tahun 2023 ketika merilis World Economic Outlook yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 serta invasi Rusia ke Ukraina dan bencana iklim di semua benua.
Malpass dan Georgieve menilai bahwa perlambatan pertumbuhan di negara maju, kenaikan suku bunga, risiko iklim, dan berlanjutnya harga pangan dan energi yang tinggi sangat memukul negara-negara berkembang dan mereka menyerukan tindakan bersama untuk membantu pasar negara berkembang.
Baca Juga: Bentrok Anggota Pencak Silat Dengan Masyarakat di Lamongan 8 Rawat Inap 1 Kritis
“Bukan gambaran yang cerah. Tetapi jika kita bergabung, jika tidak bersama, kita dapat mengurangi rasa sakit yang ada di depan kita pada tahun 2023,” kata Georgieve.
Sementara Malpass yang mendapat kecaman bulan lalu karena menolak mengatakan apakah dia menerima kensensus ilmiah tentang pemanasan global, mengatakan para pejabat di bank tersebut bekerja keras untuk membebaskan lebih banyak dana guna mengatasi masalah iklim yang dihadapi begitu banyak negraa berkembang.
Georgieve mengatakan bahwa dunia membutuhkan US$ 3 triliun hingga US$ 6 triliun yang mengejutkan untuk mengatasi perubahan iklim. (mel/dil)