kabartuban.com – Musik tradisional Tongklek yang sering kita jumpai di jalanan kota setiap malam, nampaknya semakin marak di Bumi Wali. Pasalnya, alat musik pukul sejenis patrol tersebut merupakan peninggalan Sunan Bonang (Raden Maulana Malik Ibrahim). Sunan Bonang menggunakan alat musik ini sebagai media dakwah penyebaran agama Islam.

Pada zaman dahulu, tongklek digunakan untuk membangunkan orang makan sahur saat melaksanakan ibadah puasa, tradisi yang dinamakan tongklek tersebut terbuat dari bahan bambu yang dilubangi agar menghasilkan suara yang diinginkan.

“Tongklek itu perpaduan musik jawa dengan kentongan, beda dengan patrol, kalau tongklek itu menggunakan saron, atau orang menyebutnya gambang, jadi jawa banget. Kalau patrol kan menggunakan balera drumben,” terang Puguh salah satu personil tongklek Laras Kencono kepada kabartuban.com, Sabtu (27/2/2016).

Dengan beragam tampilan gaya dan dikombinasi seragam rapi, para personil musik tongklek itu nampak asik memainkan aransmen nada tongklek yang dikombinasi antara kentongan bambu, musik tradisional gambangan, kencer dan gentong air agar mendapatkan suara layaknya drum.

Puguh, selaku ketua paguyuban tongklek Laras Kencono dari Desa Sumurgung, Kecamatan Tuban, menerangkan, pihaknya lebih memilih membentuk paguyuban tongklek  daripada membentuk grup band.

“Kita ingin melestarikan budaya daerah melalui musik-musik tradisional, kalau band kan personilnya sedikit, kalau tongklek paguyuban, jadi bisa membangun kekeluargaan bersama,” terang puguh, selaku ketua Paguyuban tongklek Laras Kencono yang pernah menyabet juara harapan pada Festival yang digelar tiap tahun pada bulan Ramadhan oleh Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).

Menurutnya, dengan dibentuknya paguyuban Tongklek bisa menyatukan para pemuda-pemuda desa untuk berkreasi, sehingga tidak masuk pada pergaulan bebas. Dia berharap, tongklek bisa diajukan sebagai budaya musik Tuban. (har)

/