Bupati Huda : Jangan Rendah Diri Jadi Santri, Pakai Sarung Bukan Berarti Tak Mampu

1078

kabartuban.com – Dicanangkannya hari Santri Nasional (HSN) per 22 Oktober, Bupati Tuban, Fatkhul Huda menyatakan, perang yang harus dihadapi para santri saat ini adalah perang melawan terorisme dan perang melawan radikalisme, sehingga para santri bisa ikut mengisi kemerdekaan dengan terus berjuang mempertahankan negara ini.

“Jangan rendah diri jadi santri, kalau yang pakai sarung dianggap tidak mampu, kita harus tunjukkan kalau pakai sarung harus bisa dan mampu dalam semua hal,” ungkapnya saat memimpin upacara hari santri di SMK YPM 121 Tuban, Sabtu (22/10/2016).

Masih terang Huda, dicanangkannya hari santri adalah merujuk pada peristiwa bersejarah yang membawa bangsa Indoensia meraih kemerdekaan dari para penjajah. Penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri tidak lepas dari kiprah santri dan para kiai dalam melawan penjajah yang saat itu terus berusaha mengancam kemerdekaan Indonesia yang baru saja diproklamasikan.

“Pada 21 Oktober 1945, berkumpul para kiai se-Jawa dan Madura, Setelah rapat pada 22 Oktober dideklarasikanlah seruan jihad fi sabilillah yang belakangan dikenal dengan istilah Resolusi Jihad.,” ungkapnya.

Huda melanjutkan,  Kemerdekaan Indonesia memang tidak lepas dari para santri dan ulama, karena memang tak hanya tentara yang berperang melawan penjajah, tercatat banyak ulama dan santri yang ikut berperang untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia.

“Dari tonggak sejarah inilah puncaknya pada 10 November 1945 yang telah menjadikan perang yang sangat besar, sehingga hari pahlawan tidak akan pernah ada kalau tidak ada Nahdlatul Ulma, Nahdlatul Ulama tidak akan pernah ada tanpa para santri,” tuturnya.

Huda berharap, dengan adanya peringatan hari santri tersebut, para santri dan generasi muda bisa mengingat sejarah-sejarah sehingga bisa menumbuhkan semangat untuk terus berjuang mempertahankan kemedekaan Indonesia.

Resolusi jihad yang dicetuskan oleh Pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 oktober tahun 1945 adalah momentum mengumpulkan para kiyai se-Jawa dan Madura, yakni dalam peretemuan tersebut adalah rapat yang subtansinya adalah bahwa perang melawan penjajah adalah perang suci. (har)

/