kabartuban.com – Sejumlah Nelayan di Desa Glondonggede, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban mengaku tidak menerima bantuan kompensasi intensif yang dijanjikan oleh PT Holcim Indonesia Tbk. Janji bantuan sebagai bentuk kompensasi intensif tersebut sudah tidak lagi ditepati Holcim selama kurang lebih 10 bulan.
“Sudah lama tidak ada bantuan dari Holcim,” kata Supari, salah seorang nelayan Glondonggede Tambakboyo, Senin (28/12/2015).
Supari dan para nelayan lain di wilayah tersebut mengaku resah, karena sudah lama tidak menerima bantuan apapun dari perusahaan asal Swiss tersebut. Baik bantuan Sembako maupun bantuan ganti rugi alat tangkap yang terkena dampak aktfitas kapal pengerukan pembuatan pelabuhan.
“Banyaknya aktifitas kapal membuat nelayan kecil merugi, wilayah yang dibuat pelabuhan itu sebenarnya tempat ikan-ikan yang selama ini kita jadikan pusat penangkapan ikan,” terang Supari.
Menurutnya, para nelayan setempat mengaku mengalami banyak kerugian, mulai sering rusaknya jaring perahu akibat terjangan maupun tersangkut kapal. Para nelayan juga enggan mencari ikan di lokasi lain, karena area sekitar pelabuhan Holcim dikenal melimpah biota lautnya.
“Dulu pernah ada bantuan dampak aktifitas kapal keruk pembuatan pelabuhan, setiap perahu mandapat Rp. 250 ribu,” tambahnya.
Nelayan setempat yang lain, Sodikin (45) juga membenarkan bahwa pihaknya sudah lama tidak menerima bantuan dari Holcim yang seharusnya menjadi bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan.
“Sebagian nelayan menduga bantuan berhenti di Rukun Nelayan (RN), atau mungkin Holcim memang belum memberikan bantuan, yang pasti hampir 10 bulan kita belum terima itu,” kata Sodikin.
Sementara itu, Corporate Communication East Java PT Holcim, Indriani Siswati, ketika dikonfirmasi menjelaskan, Holcim selama tahun 2015 telah memberikan bantuan terhadap masyarakat Glondongggede Kecamatan Tambakboyo.
Bantuan tersebut diantaranya, pembuatan rumah ikan atau rumpon, pelatihan ketrampilan bagi kelompok perempuan nelayan setempat, dan pendirian pabrik pengolahan tepung ikan.
Sedangkan terkait bantuan intensif selama 10 bulan terakhir, pihaknya belum dapat menjelaskan secara detail mengenai hal tersebut.
“Secepatnya akan kami berikan rincian bantuan intensif tersebut,” kata Indriani Siswati saat dikonfirmasi. (kh/im)