40 Tahun Produksi Tahu Tradisional, Pemkab Tutup Mata

395

kabartuban.com – Di tengah hingar bingar perkembangan Industri Kecil Menengah (IKM), seorang lelaki tua dengan telaten menekuni profesinya sebagai pembuat tahu selama lebih dari 40 tahun. Seorang diri tanpa karyawan dan teknologi produksi yang memadai, Muntholib (70) berjibaku mempertahankan usahanya untuk kelangsungan hidup tanpa bantuan siapa pun, termasuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban.

Termasuk dalam kategori Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), usaha warga Desa Wanglu Kulon, Kecamatan Senori Tuban tersebut tidak sekalipun tersentuh program pemerintah. ‘Ambisi” Bupati Huda untuk peningkatan ekonomi kerakyatan melalui jalur UMKM, tidak sebanding dengan kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dinilai sejumlah kalangan sangat lambat.

“Kalau dihitung, ya sudah 40 tahun lebih saya ini membuat tahu. Jangan tanya soal bantuan pemerintah, nggak ada. Saya usaha ini ya modal dengkul, saya buat sendiri lalu saya jual sendiri keliling kampung,” kata Muntholib  saat ditemui kabartuban.com, Senin (11/1/2016).

Lebih lanjut Muntholib mengaku, keterampilannya dalam membuat tahu ini didapat dari pengalaman pribadinya sejak masih muda. Setiap hari pria lulusan Sekolah rakyat (SR) tersebut memproduksi tahunya di belakang rumah. Di usianya yang cukup senja, saat ini Muntholib seringkali dibantu oleh kedua anak dan menantunya.

“Maklum tidak kuat mbayari karyawan jadi dilakukan sendiri. Tapi karena sekarang sudah tua,  terkadang juga dibantu dua anak dan satu menantu saya,” ungkap Mbah Tholib, sapaan akrabnya, saat ditemui di kediamannya sambil membuat tahu.

Menurutnya, demi kelangsungan usahanya agar tetap istiqomah, Mbah Tholib meminta bantuan anak dan menantunya dalam proses pembuatan tahu. Namun untuk menjual keliling, Mbah Tholib masih melakukannya sendiri.

Tholib menyadari, dengan berbekal pendidikan Sekolah Rakyat (SR) yang tidak lulus, sulit rasanya membesarkan usaha produksi tahunya. Selain kendala tenaga dan modal, Mbah Tholib juga buta dengan ilmu manajemen IKM. Pemkab yang setiap tahun mengeluarkan dana ratusan juta untuk pelatihan dan pengembangan UMKM, belum pernah sekalipun menyentuh Mbah Tholib.

Sak itik-itik gak po-po sing penting lancar lan halal (sedikit tidak apa-apa yang penting lancar dan  halal). Usaha iki yo sak mlaku – mlakune (usaha ini yang penting jalan),” terang Mbah Tholib yang tercatat sebagai anggota jama’ah tahlil desanya tersebut.

Dalam sehari, Muntholib memproduksi kedelai sekitar 1/2 kuintal dan menjadi 4 cetakan tahu. Sesudah dicetak, lalu tahu tersebut dijual keliling kampung, dititipkan pada tukang sayur, dijualkan anak di pasar dan dititipkan di toko-toko terdekat di wilayah Senori.

“Kalau untungnya ya gak banyak, tapi yang penting bisa buat makan dan ngasih upah dikit-dikit pada anak,” tambah kakek bercucu empat ini.

Muntholib juga menambahkan, dirinya berharap agar pemerintah lebih perhatian pada pelaku UMKM yang ada di pelosok desa. Selain itu, juga meminta agar pihak Kecamatan lebih sering mendata pelaku UMKM, supaya pelaku usaha merasa mendapat perhatian dari pemerintah. (su/im)

/