kabartuban.com – Perayaan tahun baru Tionghoa atau Imlek kali ini dibarengi dengan hujan deras. Pasalnya, turunnya hujan di hari raya China atau Tiongkok menurut kepercayaan mereka akan memberikan keberuntungan yang luar biasa dan membawa keberkahan sepanjang tahun.
“Turunnya hujan merupakan suatu perlambang rezeki, diharapkan sepanjang 2016 ini bisa memberikan rezeki berlimpah bagi masyarakat secara keseluruhan, tak ada hujan tak ada hoki,” ujar Aliang umat Tionghoa saat ditemui di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban, Senin (8/2/2016).
Aliang menjelaskan, Hujan dalam tradisi Tionghoa diartikan sebagai pembawa berkah dan keberuntungan. Para masyarakat Tionghoa percaya bahwa semakin besar hujan yang turun maka semakin besar pula rejeki yang akan datang.
“Ketika hujan turun banyak masyarakat Tionghoa yang berharap agar panjang umur, keberuntungan semakin bertambah dan rejeki pun bertambah,” Paparnya.
Tak hanya itu saja, hujan yang terjadi pada saat perayaan Imlek juga diorientasikan sebagai pendingin suasana, yang berarti dapat membawa kedamaian dari ketamakan manusia yang ada di dunia, khususnya pada tahun monyet api ini.
Senada dengan Yuan, saat ditemui setelah beribadah di Kwan Sing Bio menerangkan, Imlek selalu dibarengi dengan hujan. Diluar waktunya yang bertepatan dengan musim penghujan, perayaan Tahun Baru Cina punya kepercayaan bahwa hujan sebagai pertanda kemakmuran dan rejeki.
“Bagi warga Tionghoa, hujan merupakan salah satu berkah untuk kehidupan semesta alam. Hujan bisa menghidupkan roda perekonomian utama mereka dalam bidang pertanian. Karena air merupakan salah satu sumber kehidupan,” paparnya.
Yuan menambahkan, kepercayaan Imlek harus turun hujan, yang awalnya berawal dari cerita legenda mengenai bunga mehwa. Bunga itu berwarna merah muda, biasanya ada saat perayaan Imlek.
“Dalam kepercayaan Budha, bunga itu mekar setahun sekali atau bertepatan saat Imlek. Bunga itu disiram Dewi Kwan Im, Dewa yang dipercaya memberi perlindungan dan keberkahan,” tutup Yuan. (har/riz)