kabartuban.com – Asap mengepul dari sudut warung yang tampak sederhana, di Gang Buyung, Desa Karang, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Aroma khas daging yang dibakkar juga langsung terasa begitu angin membawa kepulan asap menyebar di halaman warung yang dikenal para pelangganya dengan Sebutan Sor Sawo (Dibawah Pohon Sawo).
Hilir mudik pelanggan menjadi pemandangan yang lazim, meski yang hanya mampu menampung tidak lebih dari tiga puluh orang di dalamnya. Tidak heran, sebagian pelanggan harus rela duduk diluar dengan meja dan bangku yang sederhada, untuk menikmati sate dan becek menthok (itik) yang dijual warung tersebut.
Supri (60), pemilik warung mengatakan, Warung Sor Sawo sebenarnya adalah sebutan lama warung sate miliknya, saat pertama membuka warung pada tahun 1994 silam. Saat itu warung yang dia buka berda di Jalan Mojopait, berada dibawah pohon sawo besar, jaraknya sekitar 25 meter dari tempatnya saat ini.
”Dulu warung saya dipinggir jalan besar, warungnya dibawah pohon sawo besar,“ kata Supri.
Dari dulu sampai sekarang, warung milik Supri tidak pernah sepi dari pelanggan, banyak pelanggan yang datang dari luar daerah Tuban, seperti Bojonegoro hingga Lamongan, hanya untuk menikmati rasa sate mentok di Warung Sor Sawo miliknya. Bahkan berapa pelanggan mengaku sudah menjadi pelangan tetap, sejak warung masih di lokasi lama sampai saat ini.
”Kalau musim libur kebanyakan dari luar daerah, mereka memang sudah langganan sejak dulu, biasanya datang sama keluarga mereka,”terang Supri.
Menurut Supri, kunci tetap bertahan dari harga Rp2.000 per porsi hingga saat ini menjadi Rp30.000 per porsi bukan perkara mudah, terkadang dia harus mencari cara untuk mendapatkan menthok, bahan membuat sate yang hargnya terus meningkat, sementara citarasa sate dan becek menthok (sejenis kare atau masakan berkuah) harus tetap dijaga tanpa harus menaikan harga terlalu tinggi, agar pelanggan tidak kabur.
“Dulu satu ekor menthok, harganya enam ribu, sekarang sudah sampai seratus hingga seratus dua puluh lima ribu. Kalau mau menaikan harga, pelanggan saya kasih tahu, penting rasa dan kualitas tidak berubah, insyaallah harga tidak masalah bagi pelanggan,” katanya.
Disalah satu meja, rombngan keluarga nampak tengah menikati sate dan becek menthok milik Supri, pelanggan yang mengaku dari, Desa Ngulanan, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro itu, sengaja mampir ke Warung Sor Sawo langgananya usai bertamasya mengajak anak-anaknya yang sedang libur sekolah ke sejumlah tempat wisata di Tuban.
“Saya sudah langganan disini, dulu waktu warung masih di pinggir jalan besar saya sudah sering kesini, kebetulan ini sama anak main di Tuban sekalian mampir,” kat Sujiono, sambil sambil menikmati sate dan becek mentok pesananya.
Saat menikmati becek dan sate mentok, minuman yang tidak boleh ketinggalan adalah legen, yakni minuman tradisional khas Tuban hasil sadapan pohon siwalan. Minuman ini menjadi pendamping wajib saat menikmati sate dan becek menthok di warung Sor Sawo.
”Lebih enak mas, kalau pas makan sate yang empuk ini minumanya legen, tambah mantab,” terang Sujiono disusul mengajungkan jempolnya, menegaskan makanan itu sesuai dengan seleranya. (Luk/Rul)