Keluh Petani Garam Dimusim Kemarau Basah

608
Guna menghindari guyuran air hujan, petani garam terpaksa menutupi lahan dengan plastik untuk meminimalisir kerugian.

kabartuban.com – Musim kemarau basah saat ini, membuat petani garam di Bumi Wali Tuban harus pasrah menghadapi cuaca yang tidak pasti dan bayang-bayang kerugian karena terancam gagal panen.

Butiran-butiran kristal putih, yang sedianya pada musim kemarau seperti saat-saat ini bisa dikeruk oleh para petani garam, harus kembali meleleh setelah beberapa kali hujan menguyur ladang garam mereka.

“Sekitar dua minggu terakhir ini beberapa kali turun hujan. Garam saya yang sudah mau mengering menjadi gagal,” kata Mursani salah satu petani garam di Desa Karangagung, Kecamatan Palang Tuban. (14/7/2017).

Para petani garam inipun tidak patah semangat, lebih dari tiga kali guyuran hujan membuat mereka kembali mengulang proses pembuatan garam dari awal lagi.

“Gimana lagi mas, wong ini diantara salah satu sumber matapencarian untuk menghidupi keluarga kami, ya.. terpaksa mengulangi dari awal lagi,” keluh Kamsani pada kabartuban.com.

Diceritakan pula setiap satu kotak lahan yang ia garap dengan ukuran 40×4 meter setidaknya bisa didapatkan 20 kombong (penyimpanan hasil panen), dari setiap kombong bisa dihargai antara Rp 35-40 ribu itupun saat ini hanya tingal angan-angan.

Dampak dari itu semua, sejumlah pedagang garam mengeluhkan berkurangnya pasokann garam yang dipakai pengasinan ikan. Hal tersebut dirasakan mulai april lalu, karenanya untuk memenuhi kebutuhan produksi rumahan yang dibuat pengasingan ikan terpaksa para pedagang mengambil garam dari Madura.

“Ini aja ngambil dari Madura mas,untuk dari palang sudah lama kosong,” kata Witono pedagang garam di Desa Karangagung, Kecamatan Palang.

Sejumlah toko di Pasar Baru, jalan Gajah Mada, Kota Tuban yang biasanya menjual garam berzodium juga tidak memiliki stok lagi. Karena langkanya garam itu, para pendagang garampun kesulitan mencari garam meski hanya untuk dikonsumsi sendiri.

“Untuk stok garamnya sudah tidak ada sama sekali ini. Sejak menjelang lebaran sudah tidak mendapatkan kiriman dari pabriknya,” kata Angga (28), pemilik toko sembako yang berada di komplek Pasar Baru, Kabupaten Tuban.

Ditempat terpisah, Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tuban, Ir. Amenan mengatakan, pihak menepis kalau garam mengalami kelangkaan, hanya saja harganya yang mahal.

“Barangnya masih ada mas, cuman harganya yang mahal” katanya.

Salah satu upaya yang dilakukannya adalah, mempersiapkan kawasan integrasi yang bisa memungkinkan peningkatan produksi garam. Yakni dengan memberikan bantuan geotekstil, pada meja garam, disamping bisa meningkatkan produksi juga kualitas garam.  (Dur)

/