Oyot Craft, Usaha Kerajinan Kayu di Tuban yang Memanfaatkan Limbah Alam

28
Pemilik Usaha Oyot Craft dengan karyanya

kabartuban.com – Oyot Craft, usaha kerajinan kayu yang muncul akibat pandemi COVID-19, berhasil memanfaatkan bahan alam tak terpakai dan menjadikannya karya bernilai tinggi. Berbagai produk mereka telah dipasarkan, menjangkau mulai dari pejabat daerah hingga konsumen di Arab Saudi.

Pendiri Oyot Craft, Putra Hadi Mulyo, mengungkapkan bahwa kerajinan yang ia produksi bukan sekedar mereplikasi atau mereproduksi barang yang sudah ada. Ia mengaku bahwa mayoritas hasil kerajinannya menggunakan bahan seperti carang bambu, kulit ari pohon pisang, akar tanaman, dan daun siwalan yang dipadukan dengan kayu. Putra sengaja memilih untuk memproduksi karya yang belum pernah dibuat oleh orang lain dan sebelumnya ia melakukan riset terlebih dahulu untuk memastikan bahan yang akan digunakan belum pernah dijadikan kerajinan sebelumnya, agar karyanya sulit ditiru.

Usaha yang terletak di Dusun Sawahan, Desa Tegalagung, Semanding ini dikenal dengan ciri khas produknya yang mencerminkan keunikan corak dan budaya Tuban. Untuk bahan-bahannya, Putra mengaku tidak pernah membeli bahan untuk karya-karyanya, karena semua bahannya berasal dari alam.

“Alam menyediakan banyak bahan yang terbuang percuma, bahkan ada yang dibakar oleh petani. Saya mengambil yang tidak dipakai, banyak bahan di sana yang dibuang oleh orang-orang,” jelasnya saat ditemui di Oyot Craft, Jumat (21/06/2024).

Atas usahanya dalam memanfaatkan limbah alam, Putra berhasil menerima penghargaan dari Bupati Tuban untuk kategori kearifan lokal. Meskipun usahanya semakin berkembang, saat ini ia tetap memproduksi barang-barang tersebut seorang diri karena masih dalam tahap pembuatan desain dan sampel produk yang beragam. Namun, ke depannya, Putra akan membutuhkan karyawan untuk memproduksi lebih banyak karya yang akan diekspor hingga ke luar negeri.

“Saya mengerjakan semua karya sendiri. Jika pesanan besar datang, saya baru akan merekrut karyawan. Kerajinan seperti ini tidak bisa dikerjakan sembarang orang, ini pekerjaan seniman, bukan pekerjaan biasa, butuh ketekunan,” paparnya.

Motivasinya mendirikan usaha ini adalah karena ia tidak ingin bekerja untuk orang lain. Putra merasa harus menjadi pengusaha dan berdiri di atas kakinya sendiri. Terbukti, saat ini usahanya berhasil dikenal di banyak wilayah.

“Saya harus jadi pengusaha. Bagaimana caranya saya harus membuka pikiran saya untuk menciptakan desain produk yang akan diproduksi massal dan menciptakan banyak lapangan kerja,” ucapnya.

Dalam memasarkan karya-karyanya, Putra sengaja tidak mematok harga karena ia tahu bahwa penikmat seni akan memberi harga yang sesuai dengan nilai karya yang diinginkannya. (za/intan/zum)

/