SMA dan SMK di Tuban Kurang Murid

1281
Edi Sukarno, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Cabang Tuban.

kabartuban.com – Sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kajuruan (SMK) di Kabupaten Tuban diketahui kekurangan murid, atau tidak memenuhi pagu siswa, dari hasil Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang dilaksanakan secara online beberapa waktu lalu.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Cabang Tuban, Edi Sukarno saat dikonfirmasi mengaku terdapat beberapa lembaga pendidikan di kabupaten ini yang jumlah siswanya tidak memenuhi pagu siswa, baik dari SMK maupun SMA. Meski tidak dijelaskan secara rinci jumlahnya, dikatakan ada sekitar 8 (delapan) sekolah yang masih kekerungan.

“Ada banyak sekolah, namun kekurangan ini tidak terlalu banyak,” terang Edi, Selasa (18/7/201)

Memurut Edi, dari sekitar delapan sekolah itu, beberapa sekolah yang masih cukup banyak kekuranganya, seperti SMK Palang, SMAN Montong dan SMAN Kerek, tiga sekolah ini kekurangan siswanya mencapai belasan.

“Tiga sekolah ini yang jumlahnya cukup banyak dibanding sekolah lain. Kalau di Singgahan itu ada juga, tapi kekuranganya tidak terlalu banyak hanya satu atau dua siswa,” sambung Edi.

Ditanya soal indikator kurangnya siswa disejumlah Sekolah, Edi mengaku masih mencari penyebabnya, sebab sistem zonasi yang diterapkan pada PPDB memperkecil kemungkinan siswa akan menuju pada satu sekolah tertentu yang akhirnya menimbulkan kekurangan siswa di sekolah lain.

Disamping itu kata Edi, menurut perhitungan berdasarkan jumlah lulusan siswa SMP, masih ada sekitar 4,500 siswa setelah dikurangi dengan pagu sekolah-sekokah yang ada, namu jumlah ini yang masih belum diketahui terdaftar dimana.

“Dari jumlah itu, apakah mereka tidak sekolah atau hijrah keluar kota, ini masih kami cari tahu, namun kami pikir tidak sampai sebesar itu jumlahnya. Ini akan jadi PR bagi kami Dinas Pendidikan,” ungkap Edi.

Sememtara itu, Humas SMAN Montong Joko Sutopo saat dikonfirmasi membenarkan, sekolahnya masih kurang 16 siswa, dari pagu yang ada berjumlah 108 siswa atau kursi. Jumlah ini kata dia jauh berkurang dari tahun sebelumnya yang masih menolak beberapa siswa karena pagunya telah terpenuhi atau lebih.

“Masih kurang 16, kami masih menunggu apakah ini akan dipenuhi atau bagaimana, yang jelas kegiatan belajar akan tetap berjalan,” kata Joko.

Joko juga mengakui memang banyak indikator tidak terpenuhinya pagu pada sejumlah sekolah, diantaranya orang tua siswa memilih mensekolahkan anaknya di sekolah pesantren, atau bahkan tidak melanjutkan pendidikan karena berbagai hal.

“Sekarang sekolah terpadu itu banyak, ini menjadi pilihan orang tua yang ingin anaknya tidak cuma dapat ilmu pengetahuan, namun juga pendidikan agama,” pungkas Joko. (Luk)

/