Cara Baru Petani Tuban Produksi Garam

1377
Petani garam di Desa Pliwetan Kecamatan Palang Tuban saat melipat plastik sebagai media memproduksi garam.

 

kabartuban.com – Petani garam di Kabupaten Tuban mulai kembangkan cara baru meningkatkan produksi garam agar tetap maksimal meski cuaca tidak terlalu bersahabat. Selain itu, dengan cara baru tersebut, juga mampu membuat garam lebih bersih, dibanding dengan cara konvensional yakni langsung diatas tanah tambak.

Seperti yang dilakukan petani garam di Desa Pliwetan, Kecamatan Palang Tuban. Mereka menggunakan trepal atau plastik berwarna hitam sebagai media menjemur air laut, agar kristal-kristal garam lebih mudah muncul.

“Sekarang pakai ini mas (trepal), kristal garam lebih cepat muncul daripada diatas tanah,” ujar Karnaji petambak garam warga Pliwetan, Rabu (2/8/2017).

Memurut Karnaji, jika pada media tanah yang diratakan kemudian diberikan air laut, membutuhkan waktu minimal dua hari untuk memunculkan kristal garam, akan tetepi dengan memberikan tikar plastik atau trepal berwarna hitam, hanya membutuhkan waktu sehari sudah mulai muncul.

“Dua petak ini bareng ngisinya, satu sudah ada garamnya satunya belum, ini ngisi lagi,” kata Karnaji sambil menunjukan lokasi tambak garam yang mengunakan media plastik.

Diakiunya, tahun ini musim kemarau datang agak lambat, sehingga produksi garam masih belum begitu lancar. Disamping itu, hujan terkadang masih terjadi sehingga memproduksi garam dirasa masih sulit.

“Kalau gak pake cara seperti ini mungkin lebih susah, mestinya sudah bisa panen paling tidak 8 kali, tapi sampai bulan ini baru panen 4 kali,” imbuh Karnaji.

Sementara itu Kepala Bidang Perikanan dan Budidaya, Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tuban, Umi Khulsum mengatakan, pemerintah telah berupaya meningkatkan produktifitas garam di Tuban, salah satunya dengan memberdayakan lahan garam terintegrasi.

“Kami terus berupaya, salah satu programnya mengajak petani menggunakan cara baru ini, selain mampu meningkat produksi, juga lebih bersih hasil garamnya,” terang Umi Khulsum.

Lebih lanjut, industri garam selama dua tahun terakhir memang tidak begitu baik, penyebabnya tidak lain adalah cuaca yang kurang baik bagi proses produksi garam yang mengunakan panas matahari sebagai proses penguapan alami pada Air laut.

“Tahun 2015 kita bagus diatas 29 ribu ton, tahun 2016 dan 2017 ini yang minim, karena memang kemarau basah, hasilnya tak sampai 10 persen dari tahun sebelumnya,” pungkas Umi. (Luk)

/